bahaya berkendara di malam hari

Sobat sobat penyuka horor yang selalu merasa bisa mendapatkan hiburan dari sebuah cerita horor atau dari pengalaman pengalaman yang di ceritakan tentunya sudah tidak salah dengan berlangganan mengunjungi blog ini setiap waktu untuk mendapatkan update cerita terbaru dari kami. Tidak peduli fiksi ataupun kisah nyata, selama bisa memberikan hiburan, sebuah cerita horor pasti layak untuk di ceritakan. Dan kali ini kami akan memberikan sebuah cerita kisah berkendara di dalam hari yang mengerikan. Kisah ini dari pengalaman nyata yang di alami oleh sahabat pena kami. Dan tanpa menunggu lagi, mari kita langsung masuk ke ceritanya.

Berkendara Di Jalan Tol

Aku dan anakku yang berumur 20 tahun dan tengah menjalani kehidupan kuliahnya baru saja balik dari rumah ibuku. Perjalanan ini kami lakukan setidaknya sekali dalam dua minggu secar rutin hanya untuk temu keluarga dan menjaga rasa dekat kami. Istriku sudah meninggal 7 tahun yang lalu ketika anakku masih remaja dan aku tahu anakku sangat kehilangan sosok ibunya, begitupun diriku yang masih merindukan istri ku. Rasa cintaku terhadap mendiang istriku tentunya tidak ada yang tahu selain diriku. Tapi siapapun boleh saja meragukannya ketika aku ingin menikahi seorang wanita baru lagi.

Wanita yang baru aku kenal selama 1 tahun bernama meri, bisa memberiku kebahagiaan dan menutup kerinduanku dari sosok kekasih yang sudah lama tak kurasakan ini. Bulan lalu aku mulai merasakan bahwa aku ingin rasanya menikahi meri dan mengungkapkan apa yang kurasakan, dan meri juga merasakan yang sama. Walau tidak terburu buru, kami ingin wacana pernikahan kami bisa di terima oleh kerabat keluargaku dan meri.

Dan sejak beberapa hari yang lalu, aku telah mengatakan niatku kepada putraku andre yang memang juga telah mengetahui hubungan kami. Andre kurang bisa menerima hal itu, Aku tahu andre tidak menantangku karena melarangku beristri lagi, tapi ia risih dengan calon ibu barunya yang katanya terlalu sok peduli. Singat cerita beberapa hari kemudian aku membawa andre dan meri ke rumah orang tuaku untuk meminta pendapat mereka. Setelah selesai aku dan andre pulang bersama, sedangkan meri harus pulang lebih awal sebelumnya.

Dalam perjalanan balik, aku terus menanyakan andre apa alasan sesungguhnya ia menentangku untuk menikahi meri. Andre pun mulai mengatakan alasannya yang bersifat remeh temeh menurutku. Dalam momen ini emosiku tersulut dan juga andre. Kami berdebat di sepanjang perjalan tol. Ia dan diriku tidak mengalah dan sudah di liputi oleh emosi kami masing masing. Walau dalam keadaan emosi, aku masih bisa sadar kalau aku memacu mobilku lebih kencang dari yang seharusnya, tapi harus kuakui pendapat anakku berarti bagiku sehingga luapan emosi untuk menanggapi hal yang ia debatkan membuatku sulit untuk mengontrol pedal di kaki ku. Di depan ada sebuah pom bensi dan rest area. Aku pun memutuskan untuk singgah disana sebentar untuk menenangkan diriku.

Begitu sampai di rest area aku menawari andre untuk ke toilet, sementara aku hanya mengantri untuk mengisi bensi yang sebenarnya tidak terlalu aku butuhkan. Tanpa berkata andre pun turun dari mobil membanting pintunya dan berjalan ke area toilet. Sedangkan diriku yang telah selesai mengisi bensi memarkirkan mobilku sebentar. Andre tidak muncul setelah beberapa menit, di saat itu, aku bisa merasakan kalau emosiku sudah mereda dan terpikirkan solusi pembicaraan untuk menanggapi protes andre sebelumnya. Tidak lama pintu mobil belakang sebelah kiri pun andre buka dan ia masuk duduk di belakang.

Aku tahu andre masih ngambek padaku dan enggan duduk di depan bersebalahan denganku. Dan aku pun mencoba diam dulu dan tidak mencoba menyulut emosinya lagi. Langsung kupacu mobilku keluar dari rest area dan masuk kembali ke jalur pulang kami. Seketika itu hujan lumayan lebat pun mulai turun. Waktu itu sudah hampir jam 12 malam, rasa kantuk dan lelah mulai menghampiriku, tapi aku berusaha untuk menjaga fokus berkendara dan mencoba mengobrol dengan andrea lagi.

Aku mulai bertanya pada andre bagaimana kalau kita memasak mie instan untuk di santap pas sampai rumah nanti. Tapi andre sama sekali tidak menggubrisku. Tidak ada tanggapan darinya selain suara hujan deras yang menerpa di sekitar. Berpikir kalau andre masih marah maka aku pun tidak mengajaknya ngobrol lagi. dan tidak lama kami tiba di rumah. Aku langsung mengajak andre turun dan langsung tancap gas membuka pintu dan masuk. Lalu aku menoleh kembali ke mobil dan melihat andre masih di dalam.

Dan aku pun masuk ke dalam rumah, pikirku nanti juga masuk sendiri. Tapi setelah aku sedikit berberes beres andre juga tak kunjung masuk. Aku pun membuka pintu rumah melongo kemobil lagi dimana andre sudah tidak ada di dalam. Dan akupun jadi heran kemana anak ini dan tiba tiba ada sebuah telepon masuk, itu dari andre. Aku pun mengangkat, dalam telepon andre berkata, papa parkir dimana, saya masih neduh ni depan toilet, ini hujannya uda kecil, aku mau ngesot kesana. Merasa tidak percaya dengan apa yang ku dengar, aku pun bertanya sekali lagi dan andre bilang dia masih di pom bensin rest area. Setelah selesai, ia lihat hujan sudah turun deras dan mencoba neduh di depan toilet. Sontak aku pun menjadi ketakutan dan bertanya tanya siapa yang berkendara denganku tadi di kursi belakang.